Pada hari ini tanggal 20 Januari 2017 di Kota Pontianak sedang terjadi peristiwa aksi damai, aksi ini dilakukan sebagai langkah membela Ulama yang bernama Tengku Dzulkarnaen dimana beliau di tolak untuk hadir ke Sintang terdapat sekitar 16 orang perwakilan massa dari berbagai perwakilan Ormas Islam melakukan pertemuan di ruangan lobi Mapolda Kalbar,
Permasalahannya adalah bukan hal tersebut yang akan dibahas kali ini, namun beberapa hari sebelum peristiwa tersebut sejumlah terdapat rumor yang meresahkan, dimana rumor ini mengatakan bahwa akan terjadi aksi Sweeping terhadap warga Dayak di Pontianak.
Sumber Facebook |
“Jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui,” (QS at-Taubah [5]: 6).
Tudingan bahwa Islam, dan juga al-Qur’an, sebagai motor penggerak aksi kekerasan dan teror semakin nyaring terdengar pasca penyerangan terhadap terutama sejak tragedi WTC. Berbagai Media memberitakan Islam adalah Terorris, Islam adalah kekerasan namun yang terjadi adalah Islam seperti semua agama dunia, tidak mendukung aksi kekerasan secara membabi buta. Al-Qur’an tidak mendorong atau membiarkan terorisme dilakukan. Umat Muslim selalu diingatkan untuk menjadi orang yang pemaaf dan adil.
Menurut John L Esposito tidak tepat menganggap Islam sebagai agama yang menganjurkan melakukan aksi kekerasan. John L. Esposito adalah Guru Besar untuk bidang Agama dan Hubungan Internasional, serta Guru Besar untuk bidang Studi Islam di Universitas Georgetown, Amerika Serikat. John L. Esposito juga tercatat sebagai founding director Prince Alwaleed bin Talal Center for Muslim-Christian Understanding di Walsh School of Foreign Service.
Lalu darimana Isu Sweeping terhadap suku tertentu itu berasal, jawabannya tidak jelas, kemungkinan besar bocah Ababil yang kurang perhatian orang tua, itu jawaban yang mendekati kenyataan. Jujur hingga artikel ini ditulis tidak ditemukan kerusuhan yang berbau SARA di kotaku Pontianak, bahkan aku sempat pergi ke Mall serta bertemu dengan klien dan makan nasi goreng di rumah makan.
Sehingga, jawabannya berita sweeping suku tertentu adalah hoax yang dihembuskan untuk mencari perhatian.
Dan inilah hasil resume pertemuan antara FPI dengan Ketua Dewan Adat Dayak
Dan inilah hasil resume pertemuan antara FPI dengan Ketua Dewan Adat Dayak
Pertemuan
Prof Dr H Chairil Effendy MS sebagai Ketua Umum Majelis Adat Budaya Melayu Provinsi Kalantan Barat dengan
Drs Cornelius Kimha M Si, Pelaksana Harian Ketua Dewan Adat Dayak Provinsi Kalimantan Barat di Pontianak,
pukul 13.30 WIB,
Jumat, 20 Januari 2017,
Dengan kesepakatan sebagai berikut:
Pertama, kami sepakat menciptakan situasi keamanan dan ketertiban di Kalimantan Barat.
Kedua, pihak yang menggelar demonstrasi di Pontianak, Jumat, 20 Januari 2017, dihimbau agar tidak melakukan perbuayan anarkis.
Ketiga,
kedua belah pihak sepakat turut aktif ikut mendinginkan suasana dengan tidak mengeluarkan pernyataan di media massa yang bisa menimbulkan resistensi dari kelompok lain.
Keempat,
DAD dan MABM menghimbau peran aplikatif Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) untuk mengambil langkah-langkahantisipasi apabila muncul potensi miss komunikasi antar agama dan dan antar kelompok masyarakat.
Kelima, MABM dan MAD
mendukung tugas Kepolisian Republik Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menciptakan stabilitas keamanan, dan menyerahkan sepenuhnya kepada proses hukum yang berlaku apabila terbukti terjadi gangguan keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat.
Keenam, kedua belah pihak berusaha seoptimal mungkin mengendalikan masyarakatnya agar tidak terprovokasi isu-isu yang menyesatkan.
Ketujuh,
pertemuan disaksikan Zulfydar Zaidar Mochtar SE MM, Prof Ir HM Alamsyah HB, Drs Budiman Tahir MSi, M Yusuf SPd, MSi dari Sektetaris MABM Provinsi Kalimantan Barat dan
Yohanes Nenes, Ketua Tim Advokasi dan Lembaga Konsultasi Hukum Dewan Adat Dayak Provinsi Kalimantan Barat.
Pontianak,
20 Januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar